Tanpa misi dan visi yang jelas Anda tidak dapat menentukan KPI di berbagai area penting perusahaan. Misi adalah jati diri perusahaan yang menunjukkan alasan keberadaan perusahaan. Visi adalah masa depan yang diinginkan perusahaan terkait misi yang telah ditetapkan.
Untuk menyusun misi dan visi perusahaan Anda dapat menggunakan metode curah pendapat dengan melibatkan seluruh eksekutif dan senior management team. Misi dan visi yang mengalir dari seluruh tim akan membentuk medan energi yang luar biasa bagi pencapaian kinerja organisasional yang diharapkan. Setelah misi dan visi siap, Anda mulai dapat merumuskan CSF atau critical success factors perusahaan yang akan menjadi pedoman atau guidance dalam penyusunan atau perumusan KPI (key performance indicators).
Total Tayangan Halaman
Minggu, 27 Maret 2011
Selasa, 08 Maret 2011
Kaitan antara KPI dan Perilaku
Perilaku adalah pusat organisasi atau bahkan sentral keberhasilan organisasi. Hampir semua perubahan dalam bisnis menuntut perubahan perilaku. Perubahan dalam pelayanan perusahaan misalnya, menuntut perubahan perilaku secara signifikan. Anda dapat mengubah perilaku karyawan dengan menanamkan nilai-nilai kepada mereka, tapi untuk mewujudkannya Anda tetap harus memonitor atau mengukur perubahan itu. Karena itulah perilaku penting dikaitkan dengan KPI atau key performance indicators.
Aubrey Daniels, pakar perilaku internasional, mengungkapkan bahwa perusahaan yang sehat di masa kini dan masa depan adalah yang mampu mengelola perilaku secara efektif, dan menurutnya salah satu cara untuk mengubah perilaku adalah dengan cara memberikan ukuran bagi perilaku. Maka penting mengaitkan perilaku dengan KPI tertentu yang dapat merefleksikan bahwa perilaku mengalami progres yang berarti.
Anda ingin mendorong karyawan Anda untuk memiliki perilaku responsif dalam melayani pelanggan? Anda dapat menerapkan KPI yaitu "jumlah keluhan pelanggan yang diselesaikan tidak lebih dari 24 jam". Anda ingin karyawan Anda memiliki perilaku teamwork yang baik? KPI "jumlah rekan satu tim yang puas saat bersinergi" dapat menjadi pilihan untuk mendorong terwujudnya perilaku tersebut.
Artinya KPI dan perilaku adalah hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Satu sama lain bahkan saling menguatkan. Banyak inisiatif di perusahaan yang gagal karena tidak mengaitkan inisiatif yang dilakukan dengan ukuran kinerja yang jelas dan terukur. Konsep seperti Change Management, Value Management, Empowerment, Corporate Culture Building, Good Corporate Governance dan lain-lain kadang tidak dikaitkan dengan KPI yang jelas sehingga keberhasilannya lebih sering tidak dapat diukur. Konsep-konsep tersebut ibaratnya hanya body luar sebuah mobil mewah. Tampak hebat dan mewah. Tapi mobil itu akan lebih dahsyat bila digerakkan oleh rangkaian mesin yang tangguh. Rangkaian mesin mobil itulah KPI-nya. Sebuah tantangan bagi Anda untuk mengaitkan KPI dengan perilaku yang Anda inginkan dari setiap karyawan. Itu demi keberhasilan organisasi dalam mengelola perilaku.
Aubrey Daniels, pakar perilaku internasional, mengungkapkan bahwa perusahaan yang sehat di masa kini dan masa depan adalah yang mampu mengelola perilaku secara efektif, dan menurutnya salah satu cara untuk mengubah perilaku adalah dengan cara memberikan ukuran bagi perilaku. Maka penting mengaitkan perilaku dengan KPI tertentu yang dapat merefleksikan bahwa perilaku mengalami progres yang berarti.
Anda ingin mendorong karyawan Anda untuk memiliki perilaku responsif dalam melayani pelanggan? Anda dapat menerapkan KPI yaitu "jumlah keluhan pelanggan yang diselesaikan tidak lebih dari 24 jam". Anda ingin karyawan Anda memiliki perilaku teamwork yang baik? KPI "jumlah rekan satu tim yang puas saat bersinergi" dapat menjadi pilihan untuk mendorong terwujudnya perilaku tersebut.
Artinya KPI dan perilaku adalah hal yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Satu sama lain bahkan saling menguatkan. Banyak inisiatif di perusahaan yang gagal karena tidak mengaitkan inisiatif yang dilakukan dengan ukuran kinerja yang jelas dan terukur. Konsep seperti Change Management, Value Management, Empowerment, Corporate Culture Building, Good Corporate Governance dan lain-lain kadang tidak dikaitkan dengan KPI yang jelas sehingga keberhasilannya lebih sering tidak dapat diukur. Konsep-konsep tersebut ibaratnya hanya body luar sebuah mobil mewah. Tampak hebat dan mewah. Tapi mobil itu akan lebih dahsyat bila digerakkan oleh rangkaian mesin yang tangguh. Rangkaian mesin mobil itulah KPI-nya. Sebuah tantangan bagi Anda untuk mengaitkan KPI dengan perilaku yang Anda inginkan dari setiap karyawan. Itu demi keberhasilan organisasi dalam mengelola perilaku.
Kamis, 03 Maret 2011
Leader as a Coach
Di masa sekarang memacu kinerja karyawan di dalam perusahaan tidak dapat diserahkan kepada departemen SDM atau bahkan fasilitator eksternal. Sudah saatnya semua pemimpin di seluruh lini perusahaan Anda mentransformasikan diri menjadi seorang coach atau pembina yang efektif. Saat menangani perusahaan manufaktur di tahun 2004 klien saya mengungkapkan,"Kami banyak memiliki karyawan bermasalah di sini, barangkali Anda bisa melakukan coach agar kinerja mereka membaik." Saya langsung menjawab,"Bukan saya, tapi para leader di sinilah yang akan melakukannya. Saya yang akan menjadi mentor mereka dalam melakukan coach kepada karyawannya."
Saatnya untuk menjadi seorang coach. Coaching akan memperbaiki hubungan antara pemimpin dengan karyawan. Semua kebuntuan komunikasi akan terbuka saat proses coaching dimulai. Karyawan memiliki kesempatan untuk menjadi yang terbaik dalam pekerjaan mereka. Pemimpin akan meningkatkan pengaruhnya secara signifikan dalam prosesnya.
Mengapa harus para manajer yang menjadi coach? Karena merekalah yang paling tahu semua sikap, pengetahuan, dan kemampuan kerja karyawan. Manajer memahami tingkat kinerja karyawan saat ini dikaitkan dengan beragam sasaran kerja yang perlu mereka capai. Manajer memahami profil kompetensi setiap karyawannya. Apa yang dapat dilakukan karyawan dengan baik, dan apa yang belum dapat mereka lakukan dengan sempurna. Manajer mengetahuinya karena mengamati karyawannya sejak hari pertama mereka bekerja. Inilah saatnya untuk menjadi seorang coach yang profesional bagi karyawan Anda. Secara tidak langsung Anda pun akan berubah menjadi seseorang yang lebih baik. Karena tanpa efektivitas pribadi yang mencukupi Anda tidak akan berhasil melakukan coach. Kita akan bahas hal ini dalam kesempatan lainnya. Selamat memulai perjalanan menjadi seorang coach yang hebat.
Saatnya untuk menjadi seorang coach. Coaching akan memperbaiki hubungan antara pemimpin dengan karyawan. Semua kebuntuan komunikasi akan terbuka saat proses coaching dimulai. Karyawan memiliki kesempatan untuk menjadi yang terbaik dalam pekerjaan mereka. Pemimpin akan meningkatkan pengaruhnya secara signifikan dalam prosesnya.
Mengapa harus para manajer yang menjadi coach? Karena merekalah yang paling tahu semua sikap, pengetahuan, dan kemampuan kerja karyawan. Manajer memahami tingkat kinerja karyawan saat ini dikaitkan dengan beragam sasaran kerja yang perlu mereka capai. Manajer memahami profil kompetensi setiap karyawannya. Apa yang dapat dilakukan karyawan dengan baik, dan apa yang belum dapat mereka lakukan dengan sempurna. Manajer mengetahuinya karena mengamati karyawannya sejak hari pertama mereka bekerja. Inilah saatnya untuk menjadi seorang coach yang profesional bagi karyawan Anda. Secara tidak langsung Anda pun akan berubah menjadi seseorang yang lebih baik. Karena tanpa efektivitas pribadi yang mencukupi Anda tidak akan berhasil melakukan coach. Kita akan bahas hal ini dalam kesempatan lainnya. Selamat memulai perjalanan menjadi seorang coach yang hebat.
Langganan:
Postingan (Atom)