Saya menyayangkan perilaku eksekutif yang lebih memilih aktivitas yang bersifat ’pelarian’ dibanding menguatkan kinerja timnya. Di jam-jam kerja yang begitu sibuk saya sering ’menangkap basah’ para eksekutif perusahaan sedang sibuk chatting tanpa mempedulikan pekerjaan yang masih menumpuk, main game online, atau bahkan menyelesaikan naskah tesis S-2nya. Benar-benar kondisi yang tidak enak dilihat, mengingat dalam setiap kesempatan merekalah yang selalu mengkhotbahkan agar orang berkinerja tinggi. Dan tentu saja sangat tidak etis, pekerja di bawahnya memeras keringat untuk menciptakan hasil, pemimpinnya justru duduk berpangku tangan atau bersembunyi di dalam zona nyaman. Artinya sama dengan mengatakan,”Kalian pergilah berperang ke garis depan sampai kita menang, saya akan menunggu di sini...” Komandan militer dipastikan tidak akan melakukan hal seperti itu. Mereka pasti memilih untuk menguatkan pasukannya di medan perang, mati atau menang bersama unitnya.
Sebagian besar organisasi ternyata juga mendorong para eksekutifnya bukan untuk melakukan penguatan terhadap kinerja, tapi lebih banyak untuk menugaskan mereka ke luar perusahaan, apakah untuk mengikuti pelatihan, studi banding, atau sekedar menghadiri rapat atau meeting.
Semakin sedikit waktu yang disediakan para leader untuk menguatkan kinerja timnya, semakin lemah kinerja timnya. Sayang ya. (Bambang Triyawan)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar